Hari Guru Nasional memiliki makna sebagai bentuk penghormatan dan untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru baik itu guru formal dan guru non- formal. Tentunya, setiap guru, siswa, sekolah, atau orang-orang sekitar memiliki cara yang berbeda-beda untuk menunjukkan penghargaan tersebut. Namun, bagaimana pun tradisinya yang terpenting adalah memaknai peringatan Hari Guru Nasional sebagai momen untuk menghargai peran Bapak dan Ibu guru baik dalam pendidikan formal dan pendidikan non-formal dalam mengembangkan pendidikan.
Membahas mengenai makna Hari Guru Nasional pastinya tidak lepas dari sejarahnya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Hari Guru Nasional diperingati bertepatan dengan hari lahirnya PGRI. Organisasi ini menjadi bukti semangat perjuangan para guru di zaman Belanda yang sebelumnya bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). PGRI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengisinya dengan kegiatan di bidang pendidikan, serta bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperjuangkan kesejahteraan guru. (Sumber : Makna Peringatan Hari Guru Nasional – Zenius untuk Guru)
Mengutip tulisan dari Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, disini dapat saya tangkap adalah setiap orang sebenarnya adalah guru. Jadi yang namanya guru disini tidak tergantung dia tamat pendidikan atau dia tidak mengeyam pendidikan sama sekali. Orang yang tidak sekolah, orang tua kita, orang yang tamat SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA, dan perguruan tinggi semua adalah guru. Karena guru adalah orang yang merubah perilaku seseorang dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidah tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dari yang perilakunya jahat berubah menjadi perilaku yang baik. Dimana intinya guru adalah orang yang dapat merubah/mengubah kondisi seseorang menuju ke hal yang lebih baik
Setiap rumah adalah sekolah, saya setuju dengan pendapat ini bahwa setiap rumah adalah sekolah. Dapat kita bayangkan anak anak kita mendapat pendidikan yang pertama kali adalah rumah dimana orang tua kita adalah sebagai guru yang pertama kali. Orang tualah kita yang pertama kali mengajari kita semua dari kita bayi hingga sampai kita berumah tangga. Kalau kita berpikir ke belakang siapa sih yang mengajari kita jalan, siapa yang mengajari memakai pakaian, siapa yang mengajari kita mandi, cebok, belajar membaca, belajar mengaji dll. Dari sinilah kita lihat pondasi pertama tentang pendidikan di tanamkan, dari sisnilah pondasi keagaamaa, pondasi tingkah laku, sopan santun dibuat. Maka tidak heran peran rumah dan peran orang tua sangatlah penting dalam pendidikan
Saya yakin, siapapun orang yang ada disini pasti sudah mengetahui siapa yang disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Guru, adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kenapa dia disebut dengan pahlawan? Tentunya karena seorang guru sangat memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia di muka bumi ini.
Sosok seorang guru memang berbeda dengan pahlawan yang gugur di medan perang, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Namun guru adalah orang yang mau membagikan ilmunya, menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, seseroang yang mampu mengubah pola pikir kita sehingga bisa merubah hidup kita menjadi lebih baik.
Karena inilah guru disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa, tidak seperti pahlawan yang gugur di medan perang yang diberi gelar pahlawan reformasi, pahlawan revolusi dan pahlawan nasional.
Untuk perayaan dan tradisi hari guru, tentunya setiap sekolah mempunyai tradisi dalam memperingati hari guru, mungkin ada yang membuat perlombaan para guru, sekedar upacara saja dan bahkan memberi hadiah atau bunga kepada para guru bahkan sama sekali menganggap hari ini adalah hari biasa saja, dan mengenai hari libur nasional, bahwa hari guru bukanlah merupakan hari libur nasional karena pada umumnya sekolah tidak akan libur dihari ini.
Pada saat hari Guru apakah kita sebagai seorang murid memperlakukan guru kita yaitu orang tua kita, guru guru kita baik guru formal dan informal secara istimewa, Seperti kita dilakukan secara istimewa dari orang-orang terdekat? Atau hari ini berlalu seperti hari biasa?
Mungkin seorang orang tua kita, guru disekolah kita, guru guru ngaji kita tidak mengharapkan sebuah kado yang mewah dari kita, sebuah ucapan selamat yang indah dari kita ataupun kejutan indah dari kita, karena saya yakin semua orang tua, dan guru baik guru yang formal dan guru informal melakukan pekerjaan secara mulia berbagi ilmu dengan ihklas, ihklas dalam membimbing kita, mensupport kita dan memberikan hal-hal positif lainnya yang patut kita contoh.
Coba renungkan sejenak, apakah kamu sedih ketika dihari ulang tahun kamu tak seorangpun memberikan kejutan kepadamu? Tak seorangpun mengucapkan kata selamat kepadamu? Dan kamu sendiri bisa menjawabnya bagaimana perasaan orang tua, seorang guru di sekolah atau seorang ustad tersebut.
Orang tua kita , guru atau ustadz kita , mungkin tidak berharap ucapan selamat dari kita, tidak berharap hadiah dari kita, kejutan indah dari kita, sudahkah semestinya kita memperlakukannya secara istimewa seperti orangtua kita, guru sekolah kita, guru mengaji kita sebagai mana mestinya karena mereka adalah orangtua pengganti jika di sekolah/di madrasah atau menggantikan orang tua kita sewaktu kita ada di masjid untuk belajar mengaji.
Tanpa mereka kita tidak bisa membaca, tanpa mereka kita tidak bisa berjalan, tidak bisa mengurus diri, berperilaku baik, tanpa mereka kita tidak bisa menulis, tanpa mereka kita tidak bisa berhitung, tanpa mereka kita tidak bisa mengaji, tanpa mereka kita bisa menjadi seorang profesor, tidak bisa menjadi dokter, ataupun profesi profesi lain yang saat ini kita miliki karena mereka adalah pahlawan kita, pahlawan tanpa tanda jasa, seorang yang memberikan jasa yang tidak bisa dibayar dengan apapun karena pengabdian mereka yang murni, tulus berbagi ilmu
Kita tidak harus memberikan hadiah yang indah kepada mereka, ucapan selamat yang berlebihan, tetapi cukup menghormati, menghargai, menyayanginya serta mendoakan selalu setiap hari dan yang paling penting anggaplah dia sebagai orangtua kita sebagaimana beliau menganggap kita sebagai anak mereka sendiri.
Semoga kita sebagai siswa dan guru bisa mengambil maknanya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita, dan semoga para orang tua, guru di sekolah/madrasah, guru guru mengaji/ustadz yang ada di Indonesia selalu berjaya. Amin
#Selamat Hari Guru Nasional 2022
#Berinovasi Mendidik Generasi
PROFIL PENULIS
NAMA : WAHYU JATMIKO
TEMPAT MENGAJAR : MAN 1 CILACAP
ALAMAT : JL SADANG III RT 4/RW 8 GUMILIR CILACAP
NO HP : 08112609483
ALAMAT MADRASAH : JL RAYA KALISABUK KM 15 KESUGIHAN CILACAP
W Jatmiko adalah nama penanya. Guru yang kini berusia 47 tahun sudah tertarik dengan pendidikan biologi sejak masuk Fakultan Pendididikan MIPA Jurusan Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Kini Ia bekerja di salah satu Madrasah yaitu di MAN 1 Cilacap di Kabupaten Cilacap. Di luar kerja, Ia lebih memilih menghabiskan waktu produktif untuk memenuhi hoby yaitu bermain buli tangkis dan sesekali mencoba untuk menulis.
Karya-karya yang yang pernah di tebikan bersama GUMALIS yaitu Kumpulan Cerita/essay dengan judul Dibawah Naungan Kemenag. Sedangkan sekarang masih bergabung dengan komunitas GUMALIS (Guru Madrasah Menulis) sejak tahun 2021
Anak pertama dari 3 bersaudara ini sering melakukan aktifitas menjadi operator simpatika, simpeg, siharka, sipka, siape dan beberapa akun operator yang lainnya.
Bila ingin berkenalan lebih lanjut bisa berhubungan via email wahyujatmikosadang77@gmail.com, atau akun facebook wahyu jatmiko