Cilacap-Dirjen Pendidikan Islam menetapkan Madrasah Aliyah Negeri 1 Cilacap sebagai madrasah riset. Hal ini tertuang dalam Kepdirjen Pendis Nomor 6557 Tahun 2020. Dalam Putusannya ditetapkan sebanyak 296 merupakan MTs Negeri dan dari MAN berjumlah 404 seluruh Indonesia.
Sebagai madrasah yang berbasis pada penelitian tentu tidak cukup hanya gelar yang melekat namun perlu tindak lanjut guna merealisasikan dan menguatkan sebagai madrasah riset dengan demikian produknya bisa bersaing dalam setiap ajang lomba tentu saja dibidang penelitian.
Lewat In House Training (IHT) ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja MAN 1 Cilacap membedah tuntas seluk beluk tentang penelitian selama enam hari hari tatap muka dengan guru dan siswa peserta KIR dengan mendatangkan Widyaiswara Balai Diklat Kementerian Agama Jawa Tengah, Muhammad Miftakhul Falah, M.Pd.M.Si.
Selama tiga hari dari hari Kamis- Sabtu(11-13/11/2021) peserta bertatap muka langsung dengan nara sumber peserta di godog dan gembleng tetek bengek penelitian seperti best practice madrasah berbasis riset, tren penelitian remaja, mengidentifikasi ide potensial penelitian, penerapan ide potensial, tips mengikuti lomba karya ilmiah, mengidentifikasi ide potensial hingga bagaimana melakukan presentasi sampai membedah bagaimana menyusun proposal. Sisanya tiga hari setiap hari Sabtu(20/11/2021), Sabtu(27/11/2021), Sabtu(11/12/2021) di laksanakan secara daring dengan menggunakan Google Classroom dan Zoom materi untuk siswa merancang draft proposal, revisi draft proposal dan presentasi proposal yang akan dibimbing oleh tiga nara sumber yaitu Muhammmad Miftakhul Falah, Ardian Awaludin, Koordinator Riset MAN 2 Kudus dan Sumargono, merupakan dosen yang akan mengupas penelitian yang berbasis Soshum dan Keagamaan.
Kesempatan langka ini tentu tidak disia-siakan oleh madrasah dengan menyiapkan peserta sebaik-baiknya. Ada 15 guru potensial dari bebrbagai disiplin ilmu 12 diantaranya adalah guru muda yang sangat prospektif untuk bergerak aktif menggali ide gila dan inovatif. Penyebaran wawasan tentu akan memudahkan untuk membumikan penelitian sehingga guru juga akan produktif menghasilkan karya ilmiah begitupun siswa akan mudah terhubung dengan para pembina karena telah memiliki resonansi gagasan yang sejalan.
Sementara karena terlalu antusiasnya siswa sesungguhnya peserta yang ingin berpartisipasi sangat sekitar 80 namun demi efektifitas banyak siswa yang kecewa karena harus menerima nasib tidak dilibatkan. Hanya 40 siswa yang mengikutinya dari jurusan IPA dan IPS. Dari sejumlah siswa yang mengikuti diharapkan memberi imbas pada siswa lain yang tidak mengikutinya.(Agus eS)